indonesia

Minggu, 02 Desember 2012

perkembangan olah raga di Indonesia

Banyak sumbangan yang telah diberikan oleh Kemenegpora kita terhadap perkembangan OR di Indonesia agar setidaknya mampu berbenah diri terhadap tuntutan perkembangan OR di dunia Internasional. Tidak hanya mengenai Prestasi Olahraga, tetapi juga bidang olahraga lainnya yang berbasis pendidikan, berbasis teknologi, berbasis kesehatan, dan berbasis rekreasi juga sudah mulai berbenah.
Kemenegpora yang mempunyai 5 deputi dibidang masing2 beserta Asisten deputi”nya sudah mulai menggarap hal tersebut. Mengenai prestasi olahraga, ironis memang kalau kita melihat prestasi olahraga bangsa kita dibandingkan dengan Negara lain. Banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Mari kita cermati bersama.
Prestasi olahraga Indonesia, tentunya tidak hanya ditentukan oleh jerih payah dan kinerja pelatih bersama atlet saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor” pendukung lainnya. Benar, Pelatih dan Atlet adalah ujung tombak penentu dalam pencapaian sebuah prestasi. Tetapi sungguh ironis melihat tugas para Pelatih” Olahraga di Indonesia. Selain dituntut untuk bisa membuat Program Latihan yang baik dan benar, mereka juga dituntut untuk menguasai ilmu” pendukung lainnya seperti Anatomi dan Fisiologi Manusia, Gizi Olahraga, Teknologi Olahraga, Psikologi Olaharaga, Biomekanika Gerak, Kedokteran Olahraga bahkan harus rela untuk menjadi tukang pijit bagi atletnya.
Kita (Para Sarjana Olahraga) adalah contoh hasil cetakan Program Studi Olahraga yang telah mengikuti pendidikan Sarjana Kesehatan Olahraga di Universitas. Mari kita koreksi diri kita. Yakinkah kita bahwa selama mengikuti pendidikan sarjana, kita sudah menguasai semua hal” tersebut diatas ? Seberapa pahamkah kita terhadap ilmu” tersebut ? Alhasil, para Sarjana Olahraga masih harus mencari sendiri dan mengembangkan kemampuan mereka lagi untuk bisa menguasai beberapa bidang keilmuan tersebut.
Faktor lainnya yang berpengaruh adalah bahwa di Indonesia belum ada Spesifikasi Keilmuan dibidang hal” tersebut diatas. Kita ambil contoh. Di Indonesia, apabila ada anak muda yang kuliah di Jurusan Olahraga, asumsi kebanyakan orang akan memprediksikan bahwa anak tersebut kalau tidak jadi guru ya jadi pelatih. Selain itu, mereka berasumsi bahka kita hanya belajar bagaimana menendang bola, bagaimana mengajarkan orang yang belum bisa berenang menjadi bisa, dsb. Hal itu dikarenakan di Indonesia sampai saat ini baru memiliki 3 spesifikasi keilmuan dibidang olahraga saja yaitu Pendidikan Kepelatihan Olaharaga (PKLO), Pendidikan Jasmani, Kesahatan dan Rekreasi (PJKR) serta Ilmu Keolahragaan (IKORA). Hal itu tentunya sangat belum cukup untuk bisa membentuk penanaman keilmuan terhadap para lulusan”nya. Kalau kita liat di Negara” eropa (Jerman, English, Amerika) bahkan di beberapa Negara tetangga kita sudah ada program Studi Spesifikasi seperti Sport Technologie, Exercise and Coaching Science, Sport Medicine, Perfomance of Sport Analysis, dsb. Tidak hanya spesifikasi keilmuan dibidang prestasi olahraga saja, dibidang kesehatan olahragapun sudah mulai dibuka Sport Movement for Eldery People (diperuntukkan utk orang yang sdh berusia lanjut agar tetap sehat), Sport Prevention and Rehabilitation, bahkan ilmu mengenai Sport Economic dan Sport Industry pun sudah mereka kuasai. Kalau kita amati negara“ eropa, atau negara“ tetangga kita seperti Singapore, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam, mereka sudah sangat memperhatikan akan hal ini, dan sdh banyak ahli“ nya.
Alhasil dengan perkembangan dunia keilmuan olaharaga di Indonesia yang masih seperti sekarang ini, yang didapatkan bukannya sebuah Profesionalitas kerja seorang pelatih melainkan hanyalah pekerjaan yang untung”an. Program yang diberikan oleh pelatihpun memiliki validitas keberhasilan yang kecil terhadap capaian prestasi atlet, karena kurangya alat dan ahli pendukung untuk bisa mengetahui validitas dari sebuah program latihan terhadap prestasi yang akan diraih. Kalaupun berhasil pasti akan memerlukan waktu yang lama untuk bisa mencapainya karena harus selalu mencoba metode satu per satu, itupun dengan catatan bahwa Atlet dan Pelatih harus terus senantiasa berlatih secara kontinyu tanpa mengenal putus asa dan berusaha untuk terus mengevaluasi dan memperbaiki program latihan.
Kondisi itu sangatlah berbeda dengan Negara” tetangga kita. Seorang pelatih disana, tatkala memerlukan sebuah alat ukur untuk mengukur kemampuan dan perkembangan atletnya tinggal berdiskusi dengan para ahli di bidang Sport Technologie atau Sport Biomoechanik, maka akan ada solusi alat ukur terbaru dan metode latihan yang baru. Belum masalah“ yang lainnya seperti cedera olahraga, jika memerlukan operasi para dokter“ olahraga akan segera melakukan operasi shg segera bisa segera berlatih kembali dan masih bisa terus berlatih untuk meraih prestasi yang maksimal. Saya ambil contoh dibidang atletik khususnya nomor lari 100m. Sebelum membuat program latihan untuk atlet, seorang pelatih melaksanakan Tes Biomotorik (Parameter Test) kepada si atlet baik mengenai komponen kondisi fisik mereka seperti kekuatan, kecepatan , Daya Tahan, flexibilitas, dsb. Selain itu akan dilakukan juga analisis biomekanik tentang kualitas tekniknya. Setelah semua data didapat, bisa dipastikan si pelatih tersebut akan mengalami kesulitan tatkala harus menganalisa parameter event spesificnya. Untuk analisis Tekniknya, Dia harus mengetahaui berapa detik yang bisa ditempuh oleh atletnya setiap 10m dalam 100m nya, berapa panjang langkah atlet tersebut, pada meter keberapakah terjadi fase penurunan kecepatan lari atlet tersebut, smp meter ke berapa si atlet bisa mempertahankan kecepatan maksimal, Apakah ada gerakan2 lain yang menyebabkan resistensi terhadap keceptaan, dsb ? Semua itu bisa didapatkan apabila kita punya sebuah alat ukur yang bisa mengambil data tersebut sekali tempuh. Kita sudah memeiliki bbrp alat tersebut tapi itu sangatlah belum cukup. Selain itu, untuk analisis kemampuan Fisiologisnya, Pelatih harus bisa mengetahui berapa kekuatan maksimal dia dan smp berapa bisa dinaikkan lagi, Sudah Optimal kah Kinerja Jantung dan Paru2 mereka saat melakukan latihan maksimal, Brp Mmol Asam Laktak yang diproduksi pada saat melakukan beban maksimal, Bagaimana kemampuan Respiratorinya, Berapa O2 yang dihirup dan Berapa CO2 yang dikeluarkan saat berlatih, Sudah Optimalkah semuanya itu ? Apabila seorang pelatih bisa dibantu untuk mendapatkan semua data penting dari atlet tersebut, tentunya akan sangat mempermudah pelatih tersebut untuk membuat program latihan terutama mengenai berapa Volume latihan yang akan diberikan, Berapa Intensitas Latihan, dsb yang tentunya didasarkan tes parameter yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga akan bisa mencegah terjadinya Overload Training dan validitas keberhasilannya pun tentunya sangat tinggi.
Beberapa Tahun terakhir, Kita sudah mengeluarkan ratusan juta bahkan sampai milyaran rupiah untuk membeli beberapa alat ukur tersebut. Beberapa Universitas di Indonesia yang memiliki Jurusan/Fakultas Olahraga sudah mendapatkan beberapa alat tersebut. Pertanyaan sederhana, apakah alat2 itu akan bisa dioperasionalkan secara maksimal apabila kita tidak memiliki SDM yang mampu mengoperasionalkan alat itu secara optimal ? Apakah kita akan terus mendatangkan ahli dari Luar Negeri ? Mendatangkan pelatih asing tentunya akan sangat mahal biayanya. Selain itu, kita tidak akan bisa mendapatkan ilmu tersebut secara maksimal. karena kontrak yang pasti akan ada akhirnya. Kenapa kita tidak berfikir untuk memberikan beasiswa pada para Atlet atau Sarjana Olahraga yang tentunya mempunyai Prestasi Bagus untuk menempuh Studi Lanjut di Luar Negeri ? Coba bayangkan, apabila tiap tahun kita mengirimkan 10 Sarjana Olahraga atau atlet2 berprestasi ke Luar Negeri untuk melanjutkan studi mereka di bidang ilmu yang terkait dengan Olahraga, Dalam kurun waktu kurang dari 3 kali pelaksanaan PON, kita sudah akan mempunyai Lebih dari 100 Orang Pakar2 Olahraga baik dibidang Sport technologie, Exercise and Coaching Science, Sport Biomechanik, Sport Industry, Sport Medicine, Sport for Eldery People, dsb.
Kita tidak perlu berkecil hati dengan keadaan seperti sekarang ini. Dibawah kepemimpinan Adyaksa Dault dan dilanjutkan oleh Andi Malarangeng, Kemenegpora skrg sudah mulai berbenah. Beberapa kali Kemegpora melakukan studi banding untuk mengetahui bagaimana perkembangan olahraga di negara luar salah satunya di DOSB (Deutsche Organisation Sportbund) Köln, Jerman pada tahun 2007, dan IAT (Institut für Angewandte Trainingswissenschaft ) atau Institute for Applied Training Science, University of Leizig Jerman akhir 2009. Mudah2an Hasil dari studi banding tersebut, bisa segera dijadikan acuan untuk mulai berbenah demi Kemajuan Olahraga. Selain itu Kemengpora sudah bersiap memulai dengan gebrakan baru mengenai perkembangan Olahraga Indonesia. Salah satunya adalah, kerjasama dengan DIKTI / Indonesia DGHE (Directorate General Higher Education) yang merencanakan untuk membuka beberapa program studi baru dibidang olahraga khususnya untuk Master degree. Di ITB, sudah merencananakan akan dibukanya Master Teknologi Terapan Olahraga (Sport technologie), UNJ sdh ada Manajemen Olahraga (Sport management), UNY sudah ada Master olahraga usia dini. Salah satu gebrakan yang istimewa adalah sudah adanya spesialis kedokteran baru di UI yaitu kedokteran olahraga. Program ini khusus untuk para dokter2 kita. Artinya spesialis kedokteran ini setara dengan spesialis lainnya, seperti spesialis bedah, spesialis kandungan, dsb tetapi lebih dominan untuk bidang sport. Selain itu program PhD dibidang Faal olahraga juga akan segera direncanakan di buka di Udayana.
Satu hal yang bisa kita ambil disini, bahwa saat ini peluang kita untuk menjadi ahli“ dibidang itu sangatlah terbuka. Kompitisi sangat terbuka karena bisa dipastikan bahwa pengembangan dunia olahraga kedepan sangatlah pesat dan akan banyak dibutuhkan beberapa ahli dan praktisi di bidang Olahraga. Sadar atau tidak, peluang para Sarjana Olahraga untuk berkompetisi sangatlah besar. Selain mereka sudah memiliki academic background yang sesuai, tidak banyak orang yang tau bahwa dunia Olahraga ini sekarang sedang menjadi incaran banyak orang karena penghargaan yang diberikan terhadap keahlian dibidang olahraga sudah mulai menjanjikan. Liat saja para Sarjana Olahraga yang menjadi instruktur senam aerobic, fitness, dsb. Berapa rupiah yang bisa mereka hasilkan dari Professionalisme mereka. Apalagi kalau mereka bisa memaksimalkan fungsinya sebagai pelatih bahkan bisa menjadi Pelatih di Progam PAL dari kemengpora, yang tentunya insentiv yang diterima mendekati 10 juta per bulan. Selain itu, utk para Pelatih Pelatda PON saat ini sdh saja rata2 insentiv yang bisa diterima mencapai angka 4 jutaan/bulan. Apalagi kalau kita bisa menjadi pelatih fisik disebuah klub olahraga seperti sepak bola, tenis, bola basket, dsb, bisa dipastikan kita akan menerima insentiv yang lebih. Selain itu bercita-cita menjadi atlet ternama nampaknya sekarang sedang menjadi Trend. Bagaimana tidak. Bayangkan saja, atlet yang berhasil meraih medali PON saja, bisa mendapatkan bonus sebesar Rp 150 Juta rupiah per medali emas. Apalagi kalau bisa meraih medali emas di Sea Games, tentunya uang Rp 200 Juta per medali emas akan mengalir ke kantong pribadi. Fenomena ini mudah2an sudah dipertimbangkan dengan masak2 oleh petinggi kita. Sebegai referensi saja, bahwa Thailand hanya memberikan bonus sebesar Rp 50 Juta rupiah saja, kepada atlet mereka yang berhasil meraih medali emas. Mereka lebih fokus pada pendanaan dibidang peralatan latihan, pengiriman atlet ke Luar Negeri dsb. Memberikan bonus kepada atlet yang berprestasi tentunya harus diperhatikan. Tetapi akankah sistim bonus yang semakin besar ini bisa berjalan terus ? Apabila kemenegpora diberikan dana 10 Triliun, Mana yang kira2 lebih harus diperhatikan untuk kemajuan Olahraga di Indonesia. Memberikan bonus yang sangat besar sampai menghabiskan dana yang berpuluh2 milyar atau dana itu dipriotitaskan untuk melengkapi peralatan yang dibutuhkan dan membentuk SDM untuk jangka panjang ? By the way, apapun keputusannya mudah2an Prestasi Olahraga di Indonesia bisa segera kembali ke puncak kejayaanya. Mdh2an Sea Games 2011 di Indonesia akan menjadi moment titik balik pencapaian kembali prestasi indonesia di Asia tenggara setelah terlepas dari genggaman kita sejak lbh dari 10 thn terakhir. Bagaimana menurut anda mengenai fenomena bonus atlet Indonesia ?

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money